HITAM PUTIH
Orang2 itu dengan gencar "menghakimi" Permadi, seolah mereka paling hebat membela minoritas. Padahal, kebanyakan dari mereka hanya diam, saat dusta dan luka disebarkan oleh makhluk2 antah berantah.
Orang2 itu dengan gencar "menghakimi" Permadi, seolah mereka paling hebat membela minoritas. Padahal, kebanyakan dari mereka hanya diam, saat dusta dan luka disebarkan oleh makhluk2 antah berantah.
1. Permadi memang begitu, atau hitam, atau putih, tak lebih, tak kurang. Konsistensinya membela minoritas, apapun resikonya, patut dipuji; bahkan mungkin tak ada org minoritas yg setangguh dia dlm memperjuangkan hak2 minoritas.
2. Utk sikap terus-terangnya dlm membela minoritas dari jentik intoleran, ia berani menuliskan hal2 yg memang cukup frontal dan keras. Dalam nama Abu, dia tak pernah abu2, apalg hrs mnjdi abu hny utk mngalah pd jentik2 itu.
3. Kini, tulisannya yg menjawab tengkuzul, dipersoalkan dan dianggap menggeneralisasi Islam scr keseluruhan. Sy tak sepakat dgn kesimpulan yg diambil org2 itu. Seharusnya ada ruang lingkup yg menaungi pembacaan cuitan Permadi.
4. Bg sy, kita tak bs membaca cuitan Permadi scr linear. Kita hrs membacanya scr utuh, dan itu hny bs dilakukan bila kita pny cukup literasi utk itu. Bagaimana bila ada org yg literasinya tak bagus dan membaca cuitan itu? Bila bgtu, maka tugas kita adalah mnjelaskannya scr utuh.
5. Permadi hny coba menegaskan bhw utk mnghadapi org macam tengkuzul, tak perlu menjadi buram, cukup hitam atau putih. Celakanya, hal semacam ini tak bs dibaca oleh org2 tertentu yg mngaku pandai dan pembela minoritas.
6. Kita sdh tak perlu menutupi bhw apa yg dikatakan Permadi (bila membaca sesuai konteks), adalah hal yg beberapa bulan/tahun belakangan sering terjadi. Persekusi minoritas, pelarangan rumah ibadah, pelarangan doa, pelarangan "sesajen", adalah cerita2 yg mnghiasi rumah Indonesia.
7. Sederhananya, bg sy, Permadi adalah perwakilan mayoritas yg diam (silent majority). Lebih dr itu, Permadi hny melawan segelintir minor yg merusak Indonesia atas nama agama.
8. Jadi, mau membaca Permadi melalui (minimal) hermeneutika Wittgenstein, Ricoeur, Gadamer, Habermas? Atau meneropongnya lewat semiotika Saussure, Peirce?
9. Seandainya sadar, daya rusak makhluk2 antah berantah itu jauh lebih besar daripada daya positif berupa usaha Pemerintah memerangi intoleransi.
"audaces fortuna iuvat"
"audaces fortuna iuvat"